Makalah Akhlak Tasawuf || Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Bentuk-Bentuk Akhlak

MAKALAH AKHLAK TASAWUF - ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI BENTUK-BENTUK AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

bantalmateri.com – Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintah agama, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-Nya.[1]
Di abad 21 ini, mungkin banyak diantara kita yang masih kurang memperhatikan dan mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran islam yang memang seharusnya kita utamakan, disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia.
Namun, pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. [2]
Aspek-Aspek Bentuk Akhlak
Akhlak merupakan bentuk jamak dari khulq dalam bahasa Arab yang berarti character, innate peculiarity atau tabi’ah yang dalam al-Quran oleh Muhammad Asad ditafsirkan sebagai way of life. Khulq mempunyai akar kata yang sama dengan Khaliq (Pencipta) dan makhluk (yang diciptakan) dengan demikian kata akhlak tidak bisa dipisahkan dari konsep Ketuhanan atau divine, dan konsep makhluk yakni universe, alam semesta.[3]
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka-kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.[4].

B. RUMUSAN MASALAH

  1. Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk akhlak ?
  2. Bagaimana peran insting dalam mempengaruhi bentuk akhlak ?
  3. Bagaimana peran dasar bawaan dan lingkungan dalam mempengaruhi bentuk akhlak ?
  4. Bagaimana peran kebiasaan dan kehendak dalam mempengaruhi bentuk akhlak ?
  5. Mengapa pendidikan dapat mempengaruhi pembentukan akhlak dan seberapa besarkah pengaruh tersebut ?

C. TUJUAN MASALAH

  1. Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk akhlak.
  2. Untuk mengetahui seberapa besar peran insting dalam mempengaruhi pembentukan akhlak.
  3. Untuk mengetahui seberapa besar peran dasar bawaan dan lingkungan dalam mempengaruhi pembentukan akhlak.
  4. Untuk memahami peran kebiasaan dan kehendak dalam mempengaruhi pembentukan akhlak.
  5. Untuk memahami pembentukan akhlak seseorang yang dipengaruhi oleh pendidikan.

Semoga Bermanfaat 😁

BAB II PEMBAHASAN

A. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI BENTUK AKHLAK

Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang telah dilakukan oleh manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan sudah pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
  1. Aliran Nativisme
  2. Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
  3. Aliran Empirisme
  4. Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan.
  5. Aliran Konvergensi
  6. Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
    Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.
    كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهوّدانه او ينصّرانه او يمجّسانه (رواه البخاري
    Artinya: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori)[5]
    Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
    Pada kondisi demikian kadang membuat perasaan seorang ahli penyidik akhlak kurang puas. Karena sulitnya mencari kejujuran perilaku yang sebenarnya sesuai dengan kejiwaannya. Apabila ada perkataan “ jangan dusta” engkau ulang terus, tetapi engkau lengahkan jiwanya sehingga timbul perbuatan dusta, tentu perkataanmu tidak membekas di hati.


Apabila ditinjau dari segi akhlak kejiwaannya maka perilaku tersebut dilakukan atas dasar pokok-pokok sebagai berikut :
  1. INSTING
  2. Insting ialah kemampuan untuk berbuat hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya dan terarah pada tujuan yang berarti, untuk mempertahankan eksistensi manusiawinya.
    Menurut James, insting ialah “suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan di dahului latihan perbuatan itu.[6]
    Untuk lebih mendekatkan pengertian “INSTING” maka ada beberapa sifatnya, antara lain:
    a. Kekuatan insting ini berbeda menurut perbedaan orang dan bangsanya. Ia kuat dan lemah menurut ketinggian akal bagi seseorang atau bangsa, dan mengikat keadaan yang meliputinya. Insting yang bermacam-macam ini ialah sebab timbulnya perselisihan diantara manusia.
    b. Saat tampaknya insting yang bermacam-macam ini tidak terbatas dan tidak teratur dalam manusia, sebagaimana teraturnya bagi binatang.
    c. Banyak terjadi pertentangan antara insting-insting, sehingga menimbulkan kegoncangan dan keragu-raguan dalam kelakuan manusia seperti orang yang mempunyai insting suka memiliki serba kuat dan ia juga mempunyai insting yang kuat untuk menghasilkan kebaikan bagi pergaulan umum, maka engkau melihatnya agak goncang dan ragu-ragu karena akibat dua insting yang bertentangan itu.
    d. Insting-insting itu kelihatan dalam bentuk pendorong untuk berbuat, insting marah mendorong timbulnya kata yang tajam atau membalas dendam dan insting suka mendorong untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membaca buku-buku dan menyelidiki hal-hal yang belum diketahui.
    e. Insting itu adalah asas bagi perbuatan manusia. Ia melakukan perbuatan yang bermacam-macam dalam kehidupan sehari-harinya.[7]
    Macam-macam insting antara lain :
    1. Insting menjaga diri sendiri
    Kita melihat tiap-tiap binatang baik yang besar maupun yang kecil, tinggi atau rendah, selalu berusaha sejak hari lahirnya untuk berkembang, berusaha apa yang ia dapatkan untuk menghasilkan makannya, dan dapat lolos daripada mati. Ia berusaha akan hidup di dalam suatu milieu (lingkungan) walaupun buruk, dan berusaha menyesuaikan dirinya agar cocok dengan milieu yang ia dapat hidup di dalamnya. Bahkan lebih dari itu, engkau melihat pada dirinya suatu keinginan (menurut wataknya) yang mendorong untuk hidup yang lebih tinggi dari pada hidupnya sekarang.
    2. Insting menjaga lawan jenis
    Dia adalah insting yang paling kuat, dan insting yang paling banyak kelihatan dalam kehidupan. Dengan gambaran yang lebih nyata tentang insting ini ialah suka bercumbu-cumbuan, yaitu bertukaran cinta antara laki-laki dan perempuan. Insting ini apabila diatur dengan sebaik-baiknya tentu menjadi sumber kebahagiaan. Kalau tidak tentu menimbulkan kesengsaraan.
    Insting menjaga jenis, terkadang amat kuat, sehingga lemahlah insting pribadinya. Maka tidak sedikit kedua orang tua meninggalkan kesenangannya untuk kesenangan anak-anaknya.
    3. Insting merasa takut.
    Insting ini berakar pada manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sehingga masuk ke liang kubur. Antara insting ini dengan insting lainnya suka berdesak-desakan seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui dan suka bercumbu-cumbuan sehingga menghambat untuk lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan. Insting takut ini adalah faktor yang sebesar-besarnya bagi pendidikan. Demikian pula akhlak dan kebaikan kelakuan kita, akan rusak, kalau tidak dijaga oleh insting takut karena mendapat celaan dan kehinaan dari orang lain.

    Semoga Bermanfaat 😁

    Pendidikan Insting
    Insting itu dapat tetap atau tumbuh karena pendidikan, sebagaimana ia dapat lemah bahkan lenyap karena dilengahkan. Insting adalah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitive, yang tidak dapat dilengahkan dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh. Cara mendidik dan mengasuh insting itu, ialah kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterimanya. Terkadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam insting lainnya, demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah dan begitu sebaliknya.
    Banyak orang-orang pada hari ini kita pandang tidak berharga, tetapi bila mereka kita pelihara dan kita didik insting-instingnya, dapat mereka menjadi orang-orang yang mempunyai keahlian menurut keadaan mereka, sebagai sasterawan yang mahir, panglima yang ulung, dan orang yang berhati besar yang tidak khawatir akan bahaya dan tidak takut akan mati.[8]
    Bersama-sama dengan dorongan-dorongan, insting ini menjadi faktor pendorong bagi segala tingkah laku dan aktivitas manusia, serta menjadi tenaga dinamis yang tertanam sangat dalam pada kepribadian manusia.
  3. DASAR BAWAAN (TURUNAN)
  4. Pada awalnya perkembangan kejiwaan primitive, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
    Ada teori yang mengumukakan masalah turunan (bawaan), yaitu :
    a. Turunan(pembawaan) sifat-sifat manusia. Di mana-mana tempat orang membawa turunan dengan beberapa sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindra, perasaan, akal dan kehendak.
    b. Sifat-sifat bangsa. Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga beberapa sifat yang diturunkan orang terdahulu kepada orang sekarang. Bukan saja dalam sifat-sifat yang mengenai akal tetapi juga dalam bentuk wajah.[9]
  5. LINGKUNGAN
  6. Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[10]
    Lingkungan terdiri dari 2 bagian, yaitu:
    1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan kealaman, misal keadaan tanah, keadaan musim.lingkungan fisik atau lingkungan kealamaan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan individu. Misal keadaan alam yang tandus akan memberikan pengaruh yang berbeda bila dibandingkan dengan keadaan alam yang subur. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda bila di bandingkan dengan daerah yang tidak mempunyai musim dingin.
    2. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain.[11]
  7. KEBIASAAN
  8. Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat Kebiasaan”. Kebanyakan pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat kebiasaan, seperti berjalan, berlari, cara berpakaian, berbicara dan lain sebagainya.
    Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah kiri dll.[12]
    Pada awalnya, taraf kebiasaan itu disadari dan orang menggunakan akal. Lama -kelamaan timbangan akal dan kesadaran semakin menipis ; dan kebiasaan jadi otomatis serta tidak disadari ( misalnya berjalan, sial antara lain ialah dorongan seks (kelamin), dorongan sosialitas atau hidup berkawan, dorongan meniru, dorongan berkumpul dan sebagainya. Dorongan-dorongan ini merupakan kualitas dari karakter.
    Adat Kebiasaan Menurut Physiology (Ilmu Jiwa)
    Segala apa yang dirasakan oleh manusia dan apa yang diperbuatnya, berhubungan dengan urat sarap. Sehingga terbentuknya kebiasaan itu karena adanya hubungan antara perbuatan dengan urat sarap. Tiap-tiap perbuatan dan fikiran memberi bekas kepada urat sarap dan merobahnya dengan bentukan yang tertentu, sehingga bila dikehendaki, berfikir atau berbuat kedua kali maka akan lebih mudah, karena urat sarap telah sedia dan terbentuk menurut perbuatan itu.Dan tiap-tiap perbuatan atau fikiran sangat berpengaruh terhadap urat sarap.
    Contohnya: Orang yang biasa meletakkan tangan dalam sakunya, maka ia ingin mengulanginya lagi karena urat sarapnya telah terbentuk dan terbiasa dengan perbuatan itu.
    Fungsi Kebiasaan:
    a. Memudahkan perbuatan yang dibiasakan
    Umpamanya berjalan dan berjalan itu merupkan latihan yang berat. Untuk mempelajarinya memerlukan waktu berbulan-bulan lamanya. Tetapi jika perbuatan itu diulang-ulang maka akan menjadi sangat mudah, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat melakukannya dengan mudah.
    b. Menghemat waktu dan perhatian
    Tatkala perbuatan diulang dan menjadi kebiasaan, maka ia dapat melakukan dalam waktu yang lebih singkat dan tidak memerlukan perhatian yang banyak.
    Contohnya: Menulis, saat kita mempelajarinya, untuk menulis sebaris saja kita memerlukan beberapa waktu, membutuhkan perhatian yang lebih dan mempersiapkan segala fikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan dapatlah seseorang menulis beberapa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis satu baris.
    Merubah Adat Kebiasaan
    Tidak sedikit orang yang terkena akibat kebiasaan yang membahayakan, hendaknya ia merobahnya atau menghindarinya.Untuk membentuk kebiasaan harus ada keinginan kepada sesuatu dan diterimanya keinginan itu dan diulang-ulang keinginan itu. Sehingga untuk menghindarinya wajib melakukan kebalikan dari apa yang menyebabkannya, kita harus menolak keinginan untuk berbuat, maka kita akan dapat menghentikan kebiasaan tersebut.[13]
    Fikiran Dan Kebiasaan
    Ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa fikiran mendahului perbuatan. Bila fikiran dikemukakan pada otak dan diterima dalam waktu yang lama pasti akan membekas dan berubah menjadi perbuatan. Dan apabila perbuatan itu terus diulangi maka akan menjadi sebuah kebiasaan
  9. KEHENDAK
  10. Kehendak Tuhan adalah “ penjabaran-Nya atas objek-objek pengetahuan-Nya dalam bentuk eksistensi, sesuai dengan kebutuhan pengetahuan-Nya. “Kehendak kita identik dengan kehendak abadi Ilahiah, tetapi dalam berhubungan dengan kita, ia berpartisipasi dalam kesementaraan kita (hudust), dan kita menyebutnya “diciptakan”.[14]
    Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin adalah dengan semacam paksaan dan merdeka dengan semacam kemerdekaan. Adapun macamnya paksaan ialah karena kehendak itu tunduk pada dua faktor, faktor batin dan faktor luar. Faktor batin ialah apa yang diwariskan oleh manusia dan orang-orang tuanya, yang dapat membentuk kehendak dengan bentukan yang tertentu dan tidak dapat menghindarinya. Kalau engkau memerintah engkau akan mencintai musuhmu, tentu itu adalah di luar kuasamu, sebab hal itu melenyapkan insting cinta diri, akan tetapi masuk dalam kuasamu bila perintahnya supaya jangan berlaku melebihi batas terhadap musuhmu. Sedangkan faktor luar ialah kekuatan pendidikan dan lingkungan dan apa yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli ilmu pergaulan bahwa manusia itu terpengaruh dalam perbuatan pada umumnya dengan perbuatan-perbuatan masyarakat yang di dilamnya ia hidup.
    Kedua faktor ini mengendalikan kehendak dan yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukanoleh manusia yang membentuk akhlak. Adapun macamnya kemerdekaan ialah karena insting , lingkungan dan pendidikan itu tidak melenyapkan pemilihannya (ikhtiarnya) dengan alas an apa yang kita rasakan dari kita tentang kemerdekaan memilih. Kalau sekiranya kehendak manusia itu tidak merdeka di dilam memilih kebaikan dan keburukan, tentu kewajiban akhlak serta perintah dan larangan, tidak ada gunanya dan tidak ada artinya pahala dan siksa, pujian dan celaan.[15]
  11. PENDIDIKAN
  12. Pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
    Dalam Bahasa arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata robba. Sedangkan dalam bahasa inggris pendidikan dikenal dengan istilah education. Baik kata tarbiyah maupun education memiliki arti pendidikan sekaligus pengajaran. Istilah pengajaran bahasa arab dikenal juga istilah ta’lim.
    Pendidikan perspektif agama islam ialah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi (internalisasi), sehingga menjiwai cara berfipir bersikap dan bertindak(individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah (ibadah) dan hubungannya dengan manusia atau masyarakat (sosialisasi) serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di bumi.[16]
    Unsur-unsur pendidikan antara lain : pendidikan ruhani, pendidikan akhlak, pendidikan akal, pendidikan jasmani, pendidikan agama, pendidikan sosial, pendidikan politik, ekonomi, pendidikan estetika dan pendidikan jihad.
    Pendidikan diperoleh melalui 3 intitusi yaitu:
    1. Keluarga. Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orang tua, saudara, kerabat dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga mencakup tetangga, teman dan masyarakat secara keseluruhan. Tidak diragukan lagi bahwa institusi keluarga mempunyai pengaruh efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya.
    2. Masjid. Memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dengan memberi masukan dan membantu mereka dalam berhubungan dengan Sang Pencipta. Serta pengaruh yang baik terhadap akhlak yang berupa rasa cinta kepada kebajikan dan kepada sesama manusia. Juga, keinginan untuk bekerja sama dengan sesama dalam kebajikan dan ketakwaan. Serta pengaruhnya yang baik bagi rasa sosialnya, yaitu dengan menanamkan rasa cinta dan kasih saying kepada seluruh mausia.

    Semoga Bermanfaat 😁

    3. Sekolah. Meliputi unsure-unsur yang ada di dalamnya seperti guru, buku, peralatan, metode, gedung, dan hal-hal yang ditinggalkan dalam diri murid-murid. Demikian juga perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri para murid menuju arah yang lebih baik dalam ruhani, akhlak, akal, jasmani, keagamaan, kepedulian sosial, politik, dan lain-lain.
    Ketiga institusi ini bertujuan untuk menghantarkan manusia kepada kehidupan di dunia yang bahagia dengan ilmu yang bermanfaat, kasih saying terhadap sesama, menginginkan kebaikan bagi sesama sehingga semuanya mendapatkan kebahagiaan di akhirat, kehidupan yang abadi tempat mereka mendapatkan ridho dan surga dari Allah.[17]
    Tujuan pendidikan adalah menyempurnakan dan mengaktualisasi seluruh potensi yang dimiliki anak didik untuk mencapai pengetahuan diri tentang Tuhan yang merupakan tujuan hidup manusia.[18]
    Pentingnya pendidikan.
    Pendidikan islam diperlukan sebagai upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Dengan demikian tujuan pendidikan dalam agama, mulai dari TK sampai perguruan tinggi hendaklah sejalan dengan tujuan diturunkannya agama kepada manusia. Agama datang kepermukaan bumi ini bertujuan membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.[19]
    Allah telah menganugerahi manusia yang dengannya manusia dapat menguasai alam semesta yang memang dicipta untuk kepentingan manusia (QS 2:29, 7:10,)
    Pengaruh Pendidikan terhadap Akhlak
    Dunia pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku atau akhlak seseorang. Berbagai ilmu pendidikan dari mulai perhitungan sampai pelajaran akhlak, diperkenalkan dalam pendidikan, bahkan lingkungan sekolah juga merupakan tempat bertemunya semua watak atau perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Sehingga kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak.
    Dalam hal ini, tenaga pendidik sangat berperan penting, mereka harus memiliki kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Mereka harus mampu mengarahkan dan membimbing anak didiknya ke hal yang baik. Agar perkembangan pribadi anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan agar mereka mamp menjadi contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Imam S. Ahmad, Tuntunan Akhlakul Karimah, (Jakarta: Lekdis, 2005), hal 5
[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Garfindo Persada,2000), hal 158
[3] Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D, Antologi Studi Agama dan Pendidikan, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2004), hal 137
[4] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia,(Jakarta:Daarut Taw’ziwan-Nasyr al Islamiyah, 2004), hal 27
[5] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,MA, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Garfindo Persada, 2000),hal 169
[6] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal 82
[7] Ibid, hal 82-83
[8] Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 19-20
[9] Ibid, hal 36
[10] Dr. Zakiat Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal 63-64
[11] Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi sosial, (Yogyakarta: Andi Offset,1990), hal 26-27
[12] Idianto M, Sosiologi SMA Kelas X,(Jakarta: Erlangga, 2004), hal 112
[13] Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 27
[14] Al Khair, Ibn Abi, Tasawuf Cinta,(Bandung: Mizan, 2003), hal 141
[15] Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), hal 108-109
[16] Drs. Kaelani, HD,M.A., Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hal 240
[17] Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Darut Taw’ziwan Nasyr al Islamiyah, 2004), hal 25-26
[18] Drs. Ali Maksum, Tasawuf, ( Surabaya:Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat PSAPM, 2003), hal 180
[19] Drs. Kaelani, HD, M. A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2000), hal 241-242

Semoga Bermanfaat 😁

Demikian soal serta penjelasan untuk Makalah - Akhlak Tasawuf - Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Bentuk-Bentuk Akhlak. Silahkan untuk berkunjung kembali dikarenakan akan selalu ada update terbaru 😊😄🙏. Silahkan juga untuk memilih dan mendiskusikan di tempat postingan ini di kolom komentar ya supaya semakin bagus diskusi pada setiap postingan. Diperbolehkan request di kolom komentar pada postingan ini tentang rangkuman atau catatan atau soal dan yang lain atau bagian hal yang lainnya, yang sekiranya belum ada di website ini. Terima kasih banyak sebelumnya 👍. Semoga bermanfaat dan berkah untuk kita semua. Amiiinnn 👐👐👐
Jangan lupa untuk 💏 SUBSCRIBE 👪 (Klik lonceng di bawah-kanan layar Anda) dan berikan komentar 💬 atau masukan serta share 👫 postingan ini ke teman-teman untuk berkembangnya https://www.bantalmateri.com/ ini 😀. Terima kasih dan semoga bermanfaat. 😋😆

Ahmad Qolfathiriyus Firdaus

We are bantalmateri.com that utilizes the internet and digital media in delivering material, questions and even the form of discussion. In the current generation, online learning methods (commonly called daring) are considered closer to students who are very integrated and difficult to separate from technology. The emergence of technology has also facilitated the implementation of schools even though students and educators alike have to adapt.

No comments:

Post a Comment